RSS

Senin, 24 Mei 2010

FILSAFAT ILMU (DR. Amsal Bakhtiar, MA)

FILSAFAT ILMU
(DR. Amsal Bakhtiar, MA)
Diawal pembahasan buku ini dijelaskan sejarah awal pandangan pemikiran manusia yang masih dipengaruhi oleh paham mitosentris yaitu bahwa semua kejadian di dunia ini dipengaruhi oleh para dewa. Berikut tokoh dan pemikirannya: Thales (624-546 SM), sebagai bapak filsafat disusul kemudian oleh Phytagoras (572-497 SM), Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-332 SM) merupakan filosof-filosof pertama yang mengubah pola pikir manusia yaitu dari pola pikir mitosentris ke pola pikir logosentris.
Dilanjutkan pembahasan tentang pengertian dari beberapa filosof serta ruang lingkup Filsafat Ilmu. Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang terpisah tetapi saling terkait. Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek materinya adalah segala yang ada baik yang tampak (dunia empirik) maupun yang tidak tampak (alam metafisik). Sementara Ilmu juga memiliki dua obyek yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek materialnya adalah alam nyata misalnya tubuh manusia untuk ilmu kedokteran, sedangkan obyek formalnya adalah metode untuk memahami obyek material misalnya pendekatan induktif dan deduktif.
Pengertian ilmu, persamaan dan perbedaan antara filsafat dan ilmu. Oleh penulis, dijelaskan bahwa ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense yang belum tersusun secara sistematis baik mengenai metafisik maupun fisik. Penulis juga menyimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu sehingga filsafat ilmu perlu menjawab persoalan ontologis (obyek telaah), epistemologis (proses, prosedure, mekanisme) dan aksiologis (untuk apa).
Pada bab berikutnya dijelaskan sejarah perkembangan filsafat yang dibagi dalam tiga periode. Periode pertama merupakan masa awal dari kaum filosof alam yang dimulai dari Thales hingga Parmanides. Dalam periode pertama, para filosof dengan segala pendapat dan pandangan yang berbeda-beda, dianggap tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan tentang manusia dan kebenaran. Periode berikutnya yang dikenal dengan sebutan periode kaum ”sofis” yang dimotori oleh Protagoras yang menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran yang merupakan cikal bakal humanisme. Kaum sofis memberikan ruang gerak pada ilmu untuk berkembang, berspekulasi dan merelatifkan teori ilmu.
Pada bagian ini juga dijelaskan sejarah perkembangan ilmu yang dibagi dalam tiga periode pula yaitu : perkembangan ilmu zaman Islam, kemajuan ilmu zaman Renaisans dan modern serta kemajuan ilmu zaman Kontemporer. Perkembangan pengetahuan zaman Islam dimulai sejak peristiwa Fitnah Al-Kubra yang dimotori oleh Abdullah Ibn Umar dan Abdullah Ibn Abbas. Kemajuan pesat mencapai puncaknya dizaman pemerintahan Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Zaman renaisans dipelopori oleh salah satunya yaitu N. Copernicus dan. Copernicus terkenal teori Heliosentris-nya. Revolusi pemikiran ini memicu pertentangan antara pemikir dan gereja Katolik Roma. Akibat revolusi pemikiran ini melahirkan pemikir-pemikir dari beberapa disiplin ilmu (F. Bacon, Tycho Brahe, Y. Keppler, Galileo, Napier, I. Newton dll)
Pada bab berikutnya buku ini membahas mengenai Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran. Banyak kutipan definisi para pakar dalam buku ini, diantaranya yang menyatakan: pengetahuan adalah kebenaran. Disepakati bahwa ada empat macam pengetahuan yaitu pengetahuan biasa (common sense), pengetahuan ilmu (pengetahuan common sense yang terorganisasi dan sistematis)) dan pengetahuan filsafat serta pengetahuan agama. Secara teori, hakikat pengetahuan dapat diperoleh melalui dua pandangan yaitu pandangan realisme dan idealisme.
Pada bagian ini juga dijelaskan bahwa ada tiga sumber pengetahuan yaitu secara empiris yaitu melalui pengalaman, rasional dan intuisi serta penjelasan tentang ukuran kebenaran, disebutkan berpikir adalah suatu proses untuk memperoleh kebenaran, namun kebenaran yang didapat adalah kebenaran yang bersifat relatif. Karena sifat relatifnya itulah maka dibuat kategori kebenaran dalam tiga jenis yaitu kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis dan kebenaran semantis. Kebenaran epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran dalam ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan dan kebenaran semantis adalah kebenaran yang terdapat melalui kata-kata dan bahasa.
Selanjutnya buku ini membahas tentang Dasar-dasar filsafat Ilmu yang dibagi atas tiga bagian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi yaitu: Secara istilah ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat yang ada (ultimate reality) baik jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Kemudian Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung-jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Lalu aksiologi, upaya pelurusan kekeliruan epistemologi dapat dilakukan dengan menggunakan aksiologi. Aksiologi mempunyai banyak definisi, salah satu diantaranya dikemukakan oleh Bramel bahwa aksiologi terdiri dari tiga bagian yaitu moral conduct, esthetic expression dan sosio-political life. Aksiologi harus membatasi kenetralan tanpa batas terhadap ilmu pengetahuan, dalam arti bahwa kenetralan ilmu pngetahuan hanya sebatas metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan pada nilai-nilai moral .
Di pembahasan buku ini mejelaskan tentang sarana ilmiah. Bahasa, matematika dan statistik serta logika yang merupakan sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Demikian simpulan intisari buku Filsafat Ilmu karya DR. Amsal Bakhtiar, MA, semoga dapat membuka wawasan berfikir pembaca dan pembuatnya. Amin

0 komentar:

Posting Komentar